Terpaut 2 Derajat Celcius dengan Mekkah, Bekasi Pecahkan Rekor Baru Sebagai Daerah Paling Panas di Indonesia

MEGAPOLITAN, NEWS2,265 DIBACA

Memasuki pertengahan September  2021 goncangan  air mata mulai memenuhi warga di Bekasi. Wilayah Paling Selatan  yang merupakan dataran tertinggi di Kabupaten Bekasi pelan tapi pasti memasuki musim kering ekstrim yang sudah 2 bulan lalu menghinggapinya.

“Mereka (Warga Selatan) menyikapinya sebagai langganan tetap bencana kekeringan. Lalu, bagian tengah yang tidak kalah memprihatinkan, Kecamatan Cikarang Timur, Cikarang barat,Tambun Selatan, dan Jatimulya yang dianugrahi Tuhan  dengan empat  Sungai  yaitu Kali Cikarang,  Kali Cibeet,  Kali Jambe,  Kali Sadang hari ini lebih mirip sebagai saluran pembuangan limbah B3 atau Bahan Beracun dan Berbahaya,” Ungkap Ketua Harian  dari komunitas save kali cikarang dan Direktur Lembaga Kajian Strategis  dari  Bambu foundation, Dedi Kurniawan, pada (11/9).

Pemerintah pun mulai massif menanggulanginya dengan cara konvensional “berupa pengerukan  dengan alat berat dengan objek  mengangkat sampah permukaan  yang bercampur lumpur akibat sendimentasi yang sangat terlihat jelas manakala sedang dalam fase kekeringan,” Sambung Bang Jhon, Sapaan akrab.

Keadaan ini terus berlanjut secara periodik, namun Sampai hari  ini belum ada program atau Roadmap  yang Komprehensif  terkait penanganan kerusakan jangka panjangnya.

Sementara di 11 Kawasan  Industri, mesin canggihnya menghasilkan  Karbondioksida (C02) ribuan  kubik setiap harinya terbang bebas ke udara dan dalam reaksinya akan terperangkap di lapisan atmosfir menjadikan sinar matahari terperangkap serta cahayanya tak memantul kembali ke angkasa.

” Zat yang disebut Gas Efek Rumah Kaca itu melubangi lapisan Ozon dan pada kesimpulan akhirnya menurut data BMKG menyebabkan kenaikan rekor suhu tertinggi yaitu 40 Derajat Celius hanya terpaut 2 derajat dengan kota Mekah di Jazirah  Arab.”

Bencana ancaman iklim ini disebabkan karena berbagai faktor. Ruang terbuka hijau yang di dalam peraturan perundangan  harus diangka 25% dalam prakteknya tak lebih dari 12%.

Sementara penyelamat dari pemanasan  global di Bekasi ada pada GSS atau Garis Sempadan Sungai yang merupakan ruang hijau terbuka untuk publik sebagai pengatur ekosistem, mitigasi bencana, penghijauan dan sumber air bersih, Kian hari habis dibabat oleh pabrik.

“Disusul oleh warga yang menduduki dengan alasan menambah kapasitas produksi dalam rangka menyerap pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat pun menjadi faktornya, padahal dibalik itu hanya menambah pundi Oligarki.”

Kita telah  dihadapkan dengan mahakarya manusia yang mengedepankan  ‘untung/laba” demi mencapai kebahagiaan  semu dengan mengorbankan hak Alam sebagai mahluk Tuhan  sehingga feed back (umpan balik) alam terhadap kita akan sesuai dengan perbuatannya masing masing, Tutup Bang Jhon. (Resti MPPS).

News Feed